Waktu itu aku ngerasa bosan terhadap mata kuliahku. Entah kenapa disaat itu pikiranku tak terkontrol;melayang tak tahu arahnya kemana. Tidak seperti sebelumnya, aku selalu aktif mengajuakan pertanyaan, menyanggah, dan menambahkan materi yang telah dibawakan temanku. Bahkan tak jarang dari kawan-kawanku yang mengeluh terhadap pertanyaan-pertanyaanku dan mengagumi pendapat-pendapat yang ku sampaikan pada teman-temanku.
Aku duduk berada diantara ke- 3 temanku, aku ada di tengah-tengah mereka. Di sebelah kananku teman priaku Irvan. Dia ini orang yang selalu santai dalam keadaan apapun. Memiki wajah yang tidak begitu jelek. Rambut amburadul. Sedikit bicara dan senyum. Walaupun dalam tingkah memalukan sekalipun. Dia cendrung pemalas dan sukanya TST (Tai SanTai)
Jarang aku melihat dia duduk didepan pada saat mata kuliah berlangsung kecuali pada saat itu. Dia duduk didepan sekali pas di samping kananku dan memasang wajah seolah-olah memperhatikan mata kuliah.
Selain Irvan, di samping kiriku juga terdapat seorang Ateman namun yang satu ini bukan seorang pria. Dia ini bernama Ati Maryati. Dia satu-satunya mahasiswa prodi PBA yang berasal dari
“Daripada diam tiada guna, lebih baik aku gunakan saja pulpen dan buku kosoongku untuk menulis sesuatu yang bermanfaat.” pikirku dalam hati. Tanpa pikir panjang, ku coret buku kosong tersebut dengan tulisan yang dapat bermanfaat. Entah untuk siapa, pokoknya tulisan itu dapat menjadi kenangan kelak bagiku dan yang membaca tulisan tersebut.
Ter-inpirasi dengan temanku yang ada di samping kiriku yang cantik itu. Maka aku putuskan untuk membuat
“Engkau cantik. Engkau baik. Kau wanita. Aku suka.”
“Jangan salahkan aku jika aku mencintaimu.”
“dan juga jangan salahkan aku jika aku selalu
memandangmu,
Memperhatikanmu tanpa ada idzin darimu.”
“Mataku menjadi susah untuk ku penjamkan jika ada
keinginan untuk tidur dan
itu semua karena ke-anggun-an yang ada padamu”.
“tapi apakah salah jika aku mencintaimu? Dan apa
benar jika kau marah
terhadap sikapku terhadapmu itu?”
Itulah sebagian tulisan bait puisi dalam
“Ini bagus sob.” Komentarnya terhadap
“Makasih, tapi apa benar ini dapat menjadi senjataku?” tanyaku padanya.
“Coba ja`!” sambil menyerahkan
Sebenarnya, sebagian dari bait-bait puisi yang kubuat tersebut kuambil dari bait lagu sang legendaris Iwan Fals dalam lagu yang berjudul “Bola pimpong”.
Aku pura-pura mendengar apa yang dosen jelaskan. Tapi memanggil temanku yang berada di sebelah kiriku yaitu teteh dengan suara yang lirih seperti desis ular dan tiada satupun yang dapat mendengar kecuali aku. “Teh… o teh…!?” Aku kira teteh tidak dapat mendengar panggilanku,ternyata dia mendengarku. Itu dibuktikan ketika dia menoleh disaat aku memangggilnya.
Disaat si teteh menoleh ke arahku, langsung ku berikan
“Ternyata tulisan yang kubuat akan menjadi sebuah sejarah buatnya dan buatku.” Itu pikirku setelah aku tahu bahwa dia senang terhadap tulisanku dan menyimpan tulisan itu dalam tasnya yang mungil itu dan kemudian kembali belajar.
Disaat aku dan teman-teman asyik ngobrol-ngobrol di kantin depan, tiba-tiba Hpku berdering petanda SMS masuk. SMS itu dari Teteh yang menanyakan tentang kebenaran isi yang ada di suratku tadi. Tak ku duga, kalau Itu SMS darinya. “Holi, benar kah apa yang tadi kau tulis tuch?” Itulah bunyi dari SMS yang dikirim teteh padaku. Sontak aku jadi bingung;apa yang harus ku jawab. Memang benar aku yang menulis tapi tujuanku bukan untuk menembaknya. Aku lakukan itu karena aku di kelas tadi lagi pusing dan malas untuk berpikir tentang pelajaran. Jadi aku buatlah
“gimana ya teh..? aku masih belum siap untuk mengatakan yang sebenarnya dan mungkin belum saatnya akan mengatakan itu.” Jawabku menghindar dari apa yang diinginkan teteh. “ya udahlah lupakan ja`.” Itu SMS terakhir dari teteh waktu itu.
Mana ku tahu kalau dia menganggap apa yang ku tulis itu sungguhan ? dan mana juga ku tahu kalau teteh akan berfikiran seperti itu padaku. Tapi yang jelas tulisanku itu dapat dijadikan contekan buat remaja yang ingin menklukkan wanita yang ia sayangi dan ia cintai. Dan hari demi hari terlewati dan peristiwa itupun telah teteh lupakan tapi tidak untukku. Peristiwa itu akan selalu ku kenang dan ku simpan untuk anak cucuku sampai tujuh turunan.
Holi Hamidin
STAIN
Tarbiyah Prodi PBA
Semester II B