Pengikut

Jumat, 15 Oktober 2010

coretan basi

Surat Curahan Hati

Waktu itu aku ngerasa bosan terhadap mata kuliahku. Entah kenapa disaat itu pikiranku tak terkontrol;melayang tak tahu arahnya kemana. Tidak seperti sebelumnya, aku selalu aktif mengajuakan pertanyaan, menyanggah, dan menambahkan materi yang telah dibawakan temanku. Bahkan tak jarang dari kawan-kawanku yang mengeluh terhadap pertanyaan-pertanyaanku dan mengagumi pendapat-pendapat yang ku sampaikan pada teman-temanku.

Aku duduk berada diantara ke- 3 temanku, aku ada di tengah-tengah mereka. Di sebelah kananku teman priaku Irvan. Dia ini orang yang selalu santai dalam keadaan apapun. Memiki wajah yang tidak begitu jelek. Rambut amburadul. Sedikit bicara dan senyum. Walaupun dalam tingkah memalukan sekalipun. Dia cendrung pemalas dan sukanya TST (Tai SanTai)

Jarang aku melihat dia duduk didepan pada saat mata kuliah berlangsung kecuali pada saat itu. Dia duduk didepan sekali pas di samping kananku dan memasang wajah seolah-olah memperhatikan mata kuliah.

Selain Irvan, di samping kiriku juga terdapat seorang Ateman namun yang satu ini bukan seorang pria. Dia ini bernama Ati Maryati. Dia satu-satunya mahasiswa prodi PBA yang berasal dari Bandung. Makanya, kawan-kawan memenggilnya ‘teteh’. Cewek yang satu ini berbeda dengan cewek lainnya yang ada di kelasku. Dia terlihat lebih dewasa daripada kawan-kawan yang lain. Berparas cantik;lemah lembut;baik hati dan pintar juga cerdas.

“Daripada diam tiada guna, lebih baik aku gunakan saja pulpen dan buku kosoongku untuk menulis sesuatu yang bermanfaat.” pikirku dalam hati. Tanpa pikir panjang, ku coret buku kosong tersebut dengan tulisan yang dapat bermanfaat. Entah untuk siapa, pokoknya tulisan itu dapat menjadi kenangan kelak bagiku dan yang membaca tulisan tersebut.

Ter-inpirasi dengan temanku yang ada di samping kiriku yang cantik itu. Maka aku putuskan untuk membuat surat yang berisi puisi-puisi yang indah nan menggoda.

“Engkau cantik. Engkau baik. Kau wanita. Aku suka.”

“Jangan salahkan aku jika aku mencintaimu.”

“dan juga jangan salahkan aku jika aku selalu

memandangmu,

Memperhatikanmu tanpa ada idzin darimu.”

“Mataku menjadi susah untuk ku penjamkan jika ada

keinginan untuk tidur dan

itu semua karena ke-anggun-an yang ada padamu”.

“tapi apakah salah jika aku mencintaimu? Dan apa

benar jika kau marah

terhadap sikapku terhadapmu itu?”

Itulah sebagian tulisan bait puisi dalam surat itu yang kutulis sewaktu pikiranku beredar kemana-mana. Kemudian ku berikan tulisan itu pada Irvan dengan maksud meminta pendapatnya dan dia pun berkomentar. Pada saat itu waktu mata kuliah. Dimana yang lain sedang berkonsentrasi pada pelajaran, irvan dan aku malah berdiskusi tentang surat yang ku buat tadi.

“Ini bagus sob.” Komentarnya terhadap surat yang aku buat itu.

“Makasih, tapi apa benar ini dapat menjadi senjataku?” tanyaku padanya.

“Coba ja`!” sambil menyerahkan surat yang ku berikan padanya itu.

Sebenarnya, sebagian dari bait-bait puisi yang kubuat tersebut kuambil dari bait lagu sang legendaris Iwan Fals dalam lagu yang berjudul “Bola pimpong”.

Aku pura-pura mendengar apa yang dosen jelaskan. Tapi memanggil temanku yang berada di sebelah kiriku yaitu teteh dengan suara yang lirih seperti desis ular dan tiada satupun yang dapat mendengar kecuali aku. “Teh… o teh…!?” Aku kira teteh tidak dapat mendengar panggilanku,ternyata dia mendengarku. Itu dibuktikan ketika dia menoleh disaat aku memangggilnya.

Disaat si teteh menoleh ke arahku, langsung ku berikan surat itu padanya dan diapun membacanya. Tampak dari raut wajahnya yang semula serius terhadap mata kuliah berubah menjadi senyum yang memancarkan ke-anggunan yang mempesona. Artinya dia memberikan respon yang positif terhadap apa yang aku tulis tapi sayangnya dia tidak membalasnya. Aku maklumkan saja. Sebab pada saat itu adalah jam mata kuliah.

“Ternyata tulisan yang kubuat akan menjadi sebuah sejarah buatnya dan buatku.” Itu pikirku setelah aku tahu bahwa dia senang terhadap tulisanku dan menyimpan tulisan itu dalam tasnya yang mungil itu dan kemudian kembali belajar.

Disaat aku dan teman-teman asyik ngobrol-ngobrol di kantin depan, tiba-tiba Hpku berdering petanda SMS masuk. SMS itu dari Teteh yang menanyakan tentang kebenaran isi yang ada di suratku tadi. Tak ku duga, kalau Itu SMS darinya. “Holi, benar kah apa yang tadi kau tulis tuch?” Itulah bunyi dari SMS yang dikirim teteh padaku. Sontak aku jadi bingung;apa yang harus ku jawab. Memang benar aku yang menulis tapi tujuanku bukan untuk menembaknya. Aku lakukan itu karena aku di kelas tadi lagi pusing dan malas untuk berpikir tentang pelajaran. Jadi aku buatlah surat untuknya.

“gimana ya teh..? aku masih belum siap untuk mengatakan yang sebenarnya dan mungkin belum saatnya akan mengatakan itu.” Jawabku menghindar dari apa yang diinginkan teteh. “ya udahlah lupakan ja`.” Itu SMS terakhir dari teteh waktu itu.

Mana ku tahu kalau dia menganggap apa yang ku tulis itu sungguhan ? dan mana juga ku tahu kalau teteh akan berfikiran seperti itu padaku. Tapi yang jelas tulisanku itu dapat dijadikan contekan buat remaja yang ingin menklukkan wanita yang ia sayangi dan ia cintai. Dan hari demi hari terlewati dan peristiwa itupun telah teteh lupakan tapi tidak untukku. Peristiwa itu akan selalu ku kenang dan ku simpan untuk anak cucuku sampai tujuh turunan.

Holi Hamidin

STAIN Pontianak

Tarbiyah Prodi PBA

Semester II B

Tidak ada komentar:

Posting Komentar