Pengikut

Kamis, 07 April 2011

DI BALIK LAYAR WARTA


“Ey…budak-budak udah belom beritanya tu…”, tanya Ambar kepada crew warta lainnya.
“Alah…..kakak ne…belomlah kak”, jawab taufiq
“Cepetan tu di selesaikan, kita hari Senin dah harus deadlaine semua ya…ambar tak mau tahu”, begitulah ketua redaksi penerbitan kami ketika mengingatkan baik ketika sedang malaksanakan rapat redaksi maupun hari-hari biasa.
Ambar emang cocok sich sebagai ketua divisi penerbitan, karena dia mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki crew warta lainnya, yaitu comelnya tuu…..dan dia tu..ngak bosan ngingetin crew-crew lainnya agar cepat mencari berita (liputan). Tapi kami sudah terbiasa dengan omelannya, sehingga tepat waktu deadline biasanya berita baru di ketik, itu mending sich…terkadang molor sampai hari berikutnya.
Ngak bisa banyangin, bagaimana ketua redaksi kami pasang muka serem dan kalau mungkin bisa di lihat janagan-janagan udah bertanduk kali ya.
“Ica…hari ini harus liputan besok ngak ada lagi waktunya tuk liputan”, kata Ambar dengan nada sedikit lebih tinggi ketika setelah mengikuti presidium general di UPT.
“Mbar…kame ne..nak ke tempat Hendra”, jawab Ica yang biasa juga kami panggil Ngah.
“Kapan lagi, Ngah nak liputan, hari ne dah hari Sabtu, Senin kita udah deadlaine lho..”, kata ambar selanjutnya dengan sedikit memaksa.
“Ya…Mbar,tapi hari ne…kame se-kelas udah janji mau tempat Hendra, kan bisa Senin”, jawab Ica kesal.
“Ey…kapan lagi nak nulis beritanya tu…”, jawab Ambar “Pokoknya Ambar ngak mau tahu ya..senin udah harus deadline”, kata Ambar berulang kali, emang ngak da bosan-bosannya  dia tu ngingetin kami.
“Aku bukan anak kecil bah…tahu kapan aku harus kerjakan kerjaanku”, kata Ica menggerutu.
Semua mahasiswa dan dosen satu persatu meningalkan gedung UPT, begitu juga Tim Warta..mereka mulai berpencar mencari berita, yang sebelumnya telah dibagi jatahnya untuk meliput.
“Gimana kak? Jadi ikut kami atau liputan”, tanya Rika.
“Entahlah…”, jawabnya tidak bersemangat. “Ikut”, jawabnya kemudian.
“Beneran neee….”, tanya rika lagi untuk memastikan.
“Ia..tak enaklah ma Am kan, dia udah siap-siap lho, kakak pun dah niat kesana”, jawabnya dengan menyakinkan dirinya sendiri.
“Bisa hari senin kok liputannya”, tambah Ica.
Tak lama kemudian anak-anak BPI V nak berakat nich ke tempat Hendra di Kakap, tapi tiba-tiba aja Hp Ica berbunyi.
“Mau nyelesaikan berita atau mau jalan-jalan nih…..kalau jalan-jalannya penting taka pa-apa lah..”, terdengar suara dari seberang sana yang tak lain adalah Ary Yunaldi ketua LPM kami.
Tak kuasa nahan emosi, Ica langsung masuk ke dalam kelas. Bujuk rayu pun udah dilancarkan…tapi tak satupun dapat membujuk Ica, emang susah kalau dia udah ngambek.
“Ayok kak, jangan sampe gagal dua-duanya lho..”, kata Rika.
“………..”, Ica diam tanpa kata, hanya menunjukkan wajahnya yang cemberut.
“kakak kenapa? Tadi dah baik-baik aja”, tanya Rika lagi.
“Kakak tu ngak bisa disuruh liputan sekarang, apalagi dah niat dan janji ma teman-teman mau tempat Hendra, tapi ada yang marah tuu….”, katanya menjelaskan sambil memonyongkan bibirnya.
“Hemmm,,,ya udah. Ayok buruan. mereka udah pada nunggu tu di depan”, kemudian Rika mengajak Ngah ke tempat Hendra.
Dari ujunng sebelah kanan gedung Dakwah terlihat salah satu crew LPM yaitu Ira, mendekati Ica. Ira adalah salah satu tim Ica meliput tentang perpustakaan..sedangkan lainnya adalah Mely Diana dan Japri. Terlihat Ica menjelaskan apa-apa saja yang akan menjadi bahan pertanyaannya. Dan kemudian Ica jadi ikut teman-temannya ke Kakap.
Hari senin, suasana di ruang LPM ramai sekali, walaupun ruangan yang hanya berukuran 2 m X 2 m tidak membuat kami yang berjumlah 21 orang merasa tidak jenuh, hampir tiap hari crew-crew LPM berkumpul. Apalagi waktu deadlaine…pokoknya penuh banget dech, tapi kami tetap merasakan kebahagiaan dengan berkumpulnya keluarga besar kami.
Semua sibuk, bak Wartawan di sebuah media cetak. Mereka konsentrasi menulis berita masing-masing, bahkan masih ada yang lalu lalang mencari berita di luaran sana.
Hampir semua berita belum terselaikan, dari riset, artikel bahkan prasasti pun belum dikerjakan.
“Waduh-waduh..bagaimana ini..”, desah Ambar.
Eits…rupanya berita Ambar ma teman-teman yaitu Hakim, Taufiq, Kiki dan Herianto yang lain juga baru diketik hari itu.
“Rika…Risetnya udah selesai?”, tanya Ambar.
“Belom..baru dapat satu lembar”, jawab Rika.
“Bang Ari..Artikelnya udah selesai belom?” tanya Rika kepada Ary sebagai coordinator artikel.
“Artikel tu..tak harus ary sendiri yang nulis”, kata Ambar, “ Cari orang lain, tapi jangan Ihsan, Ian, Septian, atau Dono ya”, tambah Ambar.
Hehe…..maklumlah orang-orang yang disebutkan di atas udah terlalu sering nulis artikel di warta, maksudnya cari yang lainnya, agar pinternya tak orang-orang itu jak.
“Assalamualaikum…”, jawab serombongan crew-crew warta.
“Waalaikumsalam..”, jawab Tim warta yang berada di dalam.
“Kak, kapan kita terbit?” tanya Iza dan Ira sambil membetulkan duduknya.
“Minggu depan”, jawab Ambar.
“Benarlah kak?” jawab mereka terkejut, “Tadi kame bilang minggu ini dah mulai terbit lho ke mereka (mahasiswa)”, kata Iza.
“Ia..kak”, tambah Omy.
“Mana bise terbit minggu ne…berita jak belom jadi, belom ngeditnya, belom nak layout dan juga ke percetakannya”, Ambar menjelaskan.
“Aduh,,gimana lah, mereka udah nanya-nanya warta tu…”, kata Omy.
Memang sebagian mahasiswa sangat antusias dengan adanya warta, dan bahkan mereka menanti dan bertanya-tanya kapan warta terbit. Mudah-mudahan semua mahasiswa seperti mereka dan sangat berpartisipasi dalam penerbitan warta. Akhirnya berita kami dapat selesaikan di samping kesibukkan lainnya sebagai mahasiswa, dan warta pun dapat terbit ke tangan anda.

Pada hari minggu tanggal 1 Juli 2010 ada Tehnikal Meeting (TM) bagi peserta Opak. Semua kru LPM  wabil khusus angkatan Cebor di haruskan datang lebih awal dari pada peserta. Menurut ketua LPM Sahirul Hakim tentang hal itu, jika datang diawal waktu, kru akan mendapatkan banyak informasi yang bagus.
Namun, pada saat hari ‘H’, masih terdapat diantara kru yang datang tidak seperti yang diharapkan ketua LPM dan senior kemarin.”Abang lewat di ayani ke ?” Tanya Mahmudah kepada rekannya Holi yang juga terlambat datang. Tapi Holi hanya diam saja sambil tergesah-gesah menuju Aula tempat peserta TM. Anehnya, Mahmudah tetap saja curhat pada Holi. “Di Ayani macet total bang !” katanya. Dengan nada mengejek sambil tersenyum, Holi jawab, “Itu derita lo.” Dan dahi Mahmudah pun berkerut.
Di tempat kejadian peristiwa alias di Aula, kru LPM lainnya sudah pada berkumpul dan bertebaran di tempat itu sambil mencari-cari berita untuk edisi Opak periode 2010-2011.
“si Ninda kemane ye ? Tanya kiki gelisah.
“Katenye die datang terlambat ki, die ngantarkan bibi`nye,” jawab Hakim
“Ka` icha na` datangn jam 9 katenye !” tambah Hakim
 “Wadoo, cemane nich,” ujar Kiki
“Ha`ah, kamerakan die yang bawa`, gimane mo` moto-moto budak ni klu ta` ade kameranye,” tambah Hakim ikut gelisah. “Holi bawa` kamera ?” Tanya Hakim pada holi yang kebetulan ada didekat mereka maratap nasib. “aku bawa` bang, tapi ngedrop,” jawab Holi. Holi memang tidak punya kamera tapi dia calok, jualkan punya pamannya jadi dia pinjam dulu. “ha-ha-ha,” tawa` Kiki dan Hakim pada Holi. “itu sich same jak bual,” komen Hakim.
Dengan kualitas camera yang tidak mendukung, Holi tetap saja menggunakannya. “ini bise dipake` bang,” kata Holi pada Hakim dengan nada semangat. “Tapi cara make`nye gini, kalo` udah di foto langsung dimatikan.” Ujar Holi ngajarkan. Namun bang hakim tidak berkomentar tentang itu dan Holi pun kembali mengambil gambar dengan  menggunakan camera pinjamannya itu.
Di lain sisi, tampak kru LPM lainnya dari angkatan cebor tampak bersemangat untuk momentum ini. Walaupun tidak semua kawan-kawan mereka datang seperti Fahri yang sedang pulang kampung (Pulkam) tapi tidak menyurutkan semangat kawan-kawannya. Tapi masih ada juga yang ngeluh kebingungan. “Mo` ngeliput ape ye bang ?” Tanya Mahmudah kebingungan, “truz ape jak yang mo` ditanyakan nich. Hado hay.” Tambahnya risau.
“Berita tuh peristiwa yang dilaporkan. Jadi care` peristiwa truz wawancara lalu di laporkan.” Jawab Holi so` bijak. “gitu ja` ba bingung !” tambah Holi ngejek. karena edisi ini berbeda dengan yang sebelumnya. Jadi pimpinan redaksi tidak memberikan ketentuan pada mereka untuk liputan seperti yang dilakukan mereka pada edisi sebelumya. Artinya, mereka harus berjuang sendiri. Mereka harus menggunakan naluri mereka sebagai wartawam yang kreatif agar mendapatkan berita hasil dari pengamatan mereka sendiri.
“Susi mo` ngeliput ape ?” Tanya Jumita yang seangkatan dengannya.
“Entah, kame` bingong nich, tapi kami mo` ngeliput data-data panitia Opak.” Jawabnya dengan semangat. “Mita ngeliput ape ?” Tanya Holi padanya. “Profil ketua panitia dari Lembaga bang nge…!” jawabnya dengan tegas.
“Loh…ko` same denganku ?” Tanya Holi heran. “Tapi punya tidak cumin profil die jak !” tegas Holi. “klu gitu ku titip Pertanyaan jak, biar nda` bolak-balek wawancara.” Kata Holi menyarankan. “boleh la bang. Mane die pertanyaannye bang ?” jawab mita setuju dan kemudian Holi menyerahkan apa yang telah di catatnya kepada Jumita.
            Ketika suasana di Aula mulai rebut-ribut, Ketum LPM,  nda  dengan pakain serba hitam yang kemudian duduk di kursi yang ada di samping kiri Aula dekat ‘ma` kembar’ Alias ira dan Iza...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar