HHHH
Pengikut
Senin, 18 Juli 2011
Sholat Arisan
Tempat itu kecil hingga, Kakek Jahil dan Ihsan tidak bisa ikut sholat berjama`ah. Biasanya di Masjid, tapi kali ini di sebuah rumah yang jauh dari kediamannya. Mereka berdua datang jauh-jauh demi untuk sebuah acara.
Dalam acara itu, setiap orang akan mendapat giliran; bisa jadi minggu depan di tempat Ihsan dan bisa jadi juga di tempat yang lain. Tergantung hasil kocokan yang disaksikan orang ramai. Mereka yang ikutan sangat mengharapkan itu. Sebab, barang siapa yang mendapat giliran, ia akan mendapat uang tunai sebesar 1(satu) juta rupiah dari uang yang dikumpulkan. Tapi setelah itu ia tidak akan menemukan namanya lagi keluar dari kocokan.
Mereka yang telah selesai sholat duduk kembali di ruang tamu. Kakek belum mengerjakan sholat tapi ia asyik berbincang-bincang. Sudah seperti perempuan saja. Asyik bicara lupa segalanya. Padahal sudah tua. Maklum, Kakek orangnya sangat vokal. Mampu menguasai panggung kecuali panggung sandiwara.
“Ayo Kek, sholat...” ujar Ihsan dari tempat sholat.
Kakek ingat kalaulah dirinya belum sholat. Sembari berpamitan ia lalu menghampiri Ihsan yang berada di temtat sholat.
“Nanti kalo` yang keluar namaku, bilang ya...” pinta Kakek yang berada di belakang imam.
Bukankah seharusnya ia lafadznya niat untuk sholat? Tapi kenapa itu yang dibicarakan Kakek Jahil. Ihsan menoleh sebagai bentuk peringatan. Tapi Kakek tidak mengerti. Kakek mengatakan bahwa Ihsan tak layak jadi imam. Sebenarnya ini hal yang tidak biasa. Mungkin bawaan sifat terburu-burunya barang kali.
Imam takbir tentu makmum ikut takbir. Ihsan tenang dalam sholatnya sembari mendengarkan ayat suci al-qur`an yang dikumandangkan Kakek. Walau suaranya suara ‘ngebor’, Ihsan tetap khusu`. Lalu saat hendak membaca surat pendek, Kakek mendengar namanya dipanggil di keramaian tadi. Ternyata hasil kocokan, nama Kakek yang keluar. Sontak kemudian Kakek sujud sukur atas hal yang telah menimpanya. Tanpa batal sholat magribnya, Kakek sujud tanpa melawati rukuk.
Kejadian itu tentu membuat Ihsan linglung dan bingung. Sempat ia terdiam melihat tingkah sang imam yang sedang sujud syukur. Ia pun membatalkan sholatnya dan membangunkan Kakek dari sujud.
Ihsan mengajari malah Ihsan yang dibodoh-bodohi. Kakek bilang Ihsan kurang banyak belajar ilmu agama. Tentu Ihsan tambah dongkol. Dan untungnya Ihsan tidak meneteskan air mata sebagai simbol kedongkolannya. Ihsan meninggalkan Kakek untuk sholat. Sedang Kakek kembali melanjutkan sujud sukurnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar