Pengikut

Sabtu, 23 Juli 2011

Wanita Pengganti

Kakek memiliki sahabat yang terkenal dengan panggilan Bangsi. Julukan itu diberikan oleh Kakek dan teman-temannya karena sahabatnya itu sangat menjaga gengsinya. Bangsi tersebut, sewaktu mudanya terkenal songong. Tapi walaupun demikian ia termasuk pemuda yang memiliki orang tua yang kaya raya. Jadi wajar jika ia songong. Untungnya, Bangsi ini meskipun songong, tidak pernah sombong dengan temannya sendiri.
Beliau ini, jangankan pakai sepatu pinjaman, pakai sandal jepit pun enggan. Katanya sih merusak imej keluarga besar. Dan pernah suatu ketika diajak makan di rumah makan tepi jalan oleh Kakek, tapi dia menolak ajakan Kakek tersebut dengan landasan bahwa ia tidak membawa uang tunai. Sedang di rumah makan tak mungkin bisa menggunakan kartu kredit. Semua itu dilakukan untuk menjaga gengsinya sebagai pemuda calon pewaris kekayaan orang tuanya. Makanya kawannya memberi julukan Bangsi, alias abang penjuang gengsi.
Namun, rasa gengsinya tersebut menjadi bumerang bagi Bangsi sendiri. Di suatu peristiwa dulu kala saat Kakek masih muda. Bangsi mengundang Kakek dan teman-teman kos-annya untuk menghadiri pesta perkawinannya. Dalam surat terlampir beberapa keterangan. Salah satu diantaranya yaitu undangan seharusnya menggunakan batik dengan dasi serta jas hitam. Jelas ini menjengkelkan. Pemuda itu paling risih kalau disuruh berdandanan rapi lebih baik nyemplung ke kali daripada rapi.
Kalau saja Bangsi tidak mengirimi pakaian pada Kakek dan teman-temannya, tentu mereka saat acara sedang berendam di kali. Kebetulan di depan rumah terdapat kali. Yang biasa digunakan untuk mencuci piring dan kaos kaki.
Pas akad nikah hendak dilakukan, terdapat berita menggemparkan tuan rumah. Yaitu penganten wanita kabur dari rumah.
“gawat ini, gawat...” kata ayah bangsi sambil mondar-mandir.
Tentu saja gawat. Orang tamu undangan telah hadir dengan pakaian yang telah ditentukan oleh tuan rumah. Diantara mereka ada yang pergi menyewa untuk sekedar menghadiri acara tersebut. Dan misalkan acara perkawinan itu gagal, bangsi bisa dapat warisan muka tebal.
Saat bingung itulah, Bangsi membuat keputusan agar tetap meneruskan presepsi pernikahan. Daripada malu, lebih baik melanjutkan. Para tamu undangan tidak mengetahui kejadian ini. Makanya mereka semua yang berada di aula sedang enak-enaknya menyantap makanan sambil ketawa-ketiwi.
Bangsi pergi ke dapur. Di samping waktu sudah mepet, wanita pujaan hatinya tak kunjung pulang. Ia menghampiri pembantu yang sedang mencuci piring. Dengan pandanga penuh pesona, Bangsi memegang tangannya lalu merayu pembantu itu dengan segsama. Bangsi mengajaknya menikah saat itu juga. Sontak wanita putri dari pembantu senior yang telah lama bekerja untuk orang tua bangsi itu terkejut mendengar hal yang mustahil itu. Bayangkan saja, pria yang sangat menjaga gengsi itu memilih wanita dari seorang pembantu. Mungkin ini karma.
Dan saat ini, Kakek Bangsi memilliki 7 (tujuh) orang anak dan dua orang cucu. Artinya, walaupun pembantu, tetap saja subur dan memberi kebahagiaan padanya. Dan anehnya, sikapnya masih seperti yang dulu. Tetap kuat menahan gengsi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar